Beribu kata kuucapkan, memohon untuk bertemu. Trimakasih untuk TIDAK menemuiku. Karena sebenernya aku belum berani menemuimu lagi. Aku terlalu pengecut untuk menyadari ketiadaanmu lagi di hadapanku. Aku takut nggakbisa lepas lagi dari ketergantunganku padamu. Kuharap kamu tetap di sana, nggak perlu kamu muncul di hadapanku, aku nggak akan sanggup.
Aku hanya butuh kamu tetap ada untukku kapanpun aku mau. Tapi aku nggakmau melihatmu. Egois? Ya, itulah aku padamu.
Jangan bosan minum kopi yang selalu dan akan selalu kukirimkan untukmu. Aku nggak peduli apa kamu minum kopinya, ato kamu berikan pada orang lain, ato kamu buang sebelum kamu buka, ato kamu suruh orang buang sebelum kamu melihatnya. Aku nggak peduli. Aku akan terus mengirimkan kopi untukmu sampai aku bosan.
Aku cuma butuh tau bahwa kamu ada di sana. Untukku.
Kemarin malam, mungkin aku terlalu rindu, hingga imajinasiku mengundangmu datang ke mimpiku. Sesaat aku tersenyum, tapi saat aku bangun, aku menangis. Dan aku nggakbisa lupa apa yang kau lakukan di mimpiku. Kau, orang yang sama seperti kamu yang dulu. Selalu seperti itu. Dan aku benci sekali.
Maaf karena aku belum bisa berhenti. Jangan merasa bersalah saat aku menangis karenamu, itu memang salahmu yang selalu ada untukku. Tapi jangan merasa bersalah untuk itu.
Aku masih butuh kamu. Hanya saja aku terlalu lemah saat kamu benar-benar ada di dekatku. Jadi jangan tampakkan wujudmu di depanku.
Maaf….